Menoragia Saat Hamil: Bahaya Anemia Mengintai Ibu & Janin

Admin

31/05/2025

3
Min Read

On This Post

JAKARTA, MasterV – Ketika membicarakan menstruasi, atau haid, mungkin tidak banyak yang menyadari bahwa kondisi yang dialami wanita ini dapat membahayakan mereka saat mengandung kelak.

Faktanya, menstruasi yang berlebihan, yang dikenal sebagai menoragia, dapat menyebabkan anemia defisiensi besi. Kondisi ini tidak hanya berbahaya bagi ibu hamil, tetapi juga bagi janin yang dikandungnya.

“Tentu saja ada dampaknya. Dampak pada bayi, persalinan, hingga masa setelah persalinan,” jelas Dr. dr. Achmad Kemal Harzif, Sp.OG, Subsp.FER dalam diskusi bersama Liputanku bertajuk “#KnowYourFlow, Kenali Perdarahan Haid Berat dan LNG IUS untuk Terapi PBM” di Jakarta Selatan, pada hari Senin (26/5/2025).

Menoragia adalah kondisi di mana seorang wanita mengalami menstruasi selama lebih dari delapan hari dengan volume darah yang keluar melebihi 80 mililiter (ml) per siklus.

Efek jangka panjang dari kondisi ini, terutama jika tidak segera diatasi, adalah anemia. Padahal, tanpa menoragia pun, sekitar 30 persen wanita di Indonesia sudah menderita anemia.

“Kondisi ini bisa berlanjut hingga kehamilan, di mana angka anemia pada ibu hamil (berdasarkan) data tahun 2018 mencapai hampir 50 persen,” ungkap Kemal.

Dampak Anemia pada Ibu Hamil dan Janin

Ibu hamil yang menderita anemia berpotensi mengalami persalinan prematur dan perdarahan setelah melahirkan.

“Jika sejak awal sudah anemia, begitu hamil kondisinya pasti akan semakin memburuk. Plasenta bisa mudah lepas dengan sendirinya, dan saat persalinan berisiko terjadi perdarahan karena rahim tidak kuat untuk berkontraksi,” jelas Kemal.

Anemia pada ibu hamil juga berbahaya bagi janin karena dapat menyebabkan kelahiran prematur. Selain itu, kecerdasan bayi saat lahir juga berpotensi menurun dan pertumbuhan bayi bisa terhambat.

“Kemudian, dapat terjadi gangguan perkembangan otak. Terdapat skor IQ yang lebih rendah pada bayi yang ibunya mengalami anemia selama kehamilan, dibandingkan dengan bayi yang ibunya tidak anemia. Padahal, tentu kita semua menginginkan anak yang cerdas,” terangnya.

Oleh karena itu, penting bagi setiap wanita untuk mendeteksi menoragia sedini mungkin, terutama jika berencana untuk memiliki anak di masa depan.

Ada beberapa gejala menoragia yang perlu diperhatikan, di antaranya adalah darah yang keluar berbentuk gumpalan atau menyerupai hati ayam, durasi menstruasi lebih dari delapan hari, dan frekuensi mengganti pembalut setiap satu hingga dua jam.

“Untuk mengatasi haid yang berlebihan, langkah pertama adalah mencari tahu penyebabnya terlebih dahulu. Kemudian, perlu ditanyakan apakah pasien ingin hamil atau tidak. Jika haid berlebihan dan pasien ingin hamil, maka harus mengikuti program hamil yang disertai dengan penanganan medis,” kata Kemal.

Jika pasien tidak berencana untuk hamil, dokter biasanya akan segera memberikan obat-obatan. Hal ini dikarenakan banyak obat untuk mengatasi menoragia yang berpotensi mengganggu peluang wanita untuk hamil.

“Jika haidnya berlebihan, biasanya akan diberikan pil KB. Dengan begitu, haid akan menjadi normal. Atau ada juga obat minum, yaitu pil KB tunggal, bukan yang kombinasi. Sekarang juga tersedia spiral yang mengandung hormon, yang juga dapat mengurangi jumlah darah haid,” pungkas Kemal.